I’m back !!!! With tanner skin, dry frizzy hair, plus tons of stories & pics to share! ^__^
Bulan Maret = bulan penghabisan jatah cuti. Berhubung gw sangat berdedikasi (uhuk…) & jarang ambil cuti, sisa cuti 2016 gw masih numpuk dan harus diambil maksimal bulan Maret ini. Kalo ga diambil, hangus & ga bisa diuangkan. Jadiii…daripada rugi bandar, mulailah cari ide & info mau pergi kemana selama seminggu. Agak ga rela aja sih cuma diabisin di rumah, bebersih ala upik abu, lalu ujung2nya shopping ke mall (seriously I’m already sick of malls, any malls -___-)
Awalnya ajak nyokap travelling ke Bangka Belitung. I was dying for some vitamin sea. Udah tanya2 harga tour, banding2in harga tiket dari setiap portal penjual tiket online (padahal cuma beda beberapa ribu aja, yaelah…), ternyata bokap mau pulang kampung ke Makassar di tanggal yang sama. Yang ada malah diajakin ikut ke Makassar aja.
Tujuan utama bokap sih mau Cengbeng (sembahyang kubur) disana, nengok alm. kakek yang dimakamkan disana. Tapi tujuan utama gw mau ketemu pantai, laut, sama sunset. Bokap dengan entengnya bilang, lah di sana juga banyak pantai, pulaunya deket2. I didn’t buy it straight away & was like “What the hell I’m gonna do there?”.
But Uncle Google has all the answers! (kecuali misteri siapa jodoh gw, sayang doi ga bisa jawab #eaaaa). I saw pics of islands & beaches as beautiful as Bangka Belitung has. Baca2 travellers’ blog, ternyata pulau di sana ga jauh2 dari pusat kotanya. So okaylah…untuk pertama kalinya gw akan menginjakkan kaki di daerah tempat marga gw berasal.
Berhubung niat utamanya mau ketemu pantai, gw ga bawa banyak tetek bengek. Untuk keperluan 5 hari di sana, gw cuma bawa 1 tas fitness yang bisa langsung duduk manis di atas kepala di kabin pesawat. Forget waiting at the baggage claim’s conveyor, yay!
DAY 1 – Fly and stuck
After having to wake up so early morning to catch the plane & 2 hour flight, here we are…touch down Makassar at Sultan Hasanuddin Airport. Seperti bandara lokal pada umumnya, bandaranya cukup ‘minimalis’, minim hiburan (lupakan bule2 ganteng yang biasa terlihat di Soetta).

Dan saat menunggu supir yang dikirim oleh sanak famili di sana datang menjemput, ada replika rumah Tongkonan persis di depan terminal kedatangan.

Nice landmark to greet & to remind us where we are stepping our foot now.
Nah rupanya, hari itu ada keberangkatan (atau kepulangan ya?) jemaah umroh. Jalan keluar area bandara macet…cet…cet. Damn stuck, slow like a turtle. Butuh 2 jam sampe kita bener2 keluar dari area bandara dan masuk tol. Dari ngantuk, pules, sampe bangun lagi… T__T
Setelah hampir 3 jam duduk di mobil dan perut bernyanyi-nyanyi, kita memilih untuk makan dulu baru check in. 15 menit puter2 cari tempat makan, gw langsung suka kota ini. All corners are so Chinatown. I feel like coming home 🙂
Kalo di Jakarta, mirip kalau kayak kita lagi menyusuri daerah Glodok, Angke, Penjaringan & sekitarnya. Bedanya, Makassar jauh lebih bersih :O Gw ga liat ada sampah2 berserakan di trotoar atau di got. Dan terbuktikan sampai hari terakhir gw di sana & sering keliling2 jalan kaki, jarang banget gw mencium bau got yang aduhai kayak di Jakarta Utara.
Karena beberapa resto inceran yang jual semacam nasi campur & nasi hainam udah pada tutup (udah kesorean sih…), kita nyerah & putusin untuk makan di restoran Chinese food dekat hotel. Namanya Kedai Lombok di Jalan Lombok.
Pilihan menunya ga banyak, dan disaat bingung mau pesen apa, kita sempet tanya porsinya segimana ya? Mbaknya dengan santai jawab “Mmm..standar ya” dengan lokat Makassar yang medhok abis.
Akhirnya kita pesan mie Kanton, sapo tahu, dan nyuknyang goreng. Ternyata begitu datang, beginilah penampakannya:

Mie Kanton ternyata kayak ifu mie, dengan piring besarrr, sampe tumpah tumpahhh….
Lesson learnt #1: Jangan pernah tanya porsi makanan di Makassar. Semuanya (yes, semua restoran & penjual makanan) hampir 2x porsi yang biasa kita temuin di Jakarta. Kalo di Bogor, ada resto Hosana yang terkenal kasih porsi 2x untuk dine in dan 3x untuk take away. Nah, di Makassar, ternyata semuanya porsi Hosana :O
Setelah kekenyangan, baru kita meluncur ke hotel untuk taruh tas dan barang2. Cuma bisa mandi tanpa bisa leyeh2 dulu, lalu kita langsung menuju ke rumah famili yang sudah berbaik hati meminjamkan mobil & supirnya untuk jemput dan antar kita keliling2 Makassar.
Nah, dari ngobrol2 dengan famili itulah kita baru tau bahwa semua makanan disana porsinya emang jumbooo. Karena kalau pake porsi ala orang Jakarta, restonya dipastikan ga bakalan laku karena dicap pelit dan mahal. Hahaha….baiklah, very well noted :))
Puas ngobrol2 sama famili, kita udah ga sempet kemana2 lagi karena udah malam, sekaligus teparrrr. Tomorrow’s agenda is snorkeling, so I wanna save my energy.
DAY 2: Samalona Island, I’m cominnnn…..
Entah kenapa kalo bangun pagi mau kerja, rasanya sulit banget beranjak dari kasur. Tapi kalo mau ketemu pantai, jam 6 pagi (buat gw manusia nokturnal, ini udah pagi buta) gw langsung melek & semangat hahaha…

Siapa yang ga semangat kalau liat di Google pulaunya indah begini :p
Kita naik taksi ke pelabuhan Popsa, yang ternyata deket banget, dengan argo bahkan ga sampe 10 ribu. Disana udah menunggu speed boat yang akan mengantar kita ke Pulau Samalona. Pulau kecil yang cuma berjarak beberapa kilometer aja dari Makassar.
Sayangnya, pagi itu mendung, malah agak gerimis 😦 But the show must go on. Cuma sekitar 15 menit perjalanan dengan speed boat, sampailah kita di Pulau Samalona, yeeey 😀 Dan begitu akan merapat, gw udah terhibur dengan air laut warna tosca yang jernihhh, sampe kita bisa liat batu2 karang di dasarnya.

Monggo yang mau reservasi

Pemandangan yang menyambut mata begitu buka pintu depan villa 😀
Ga pake buang waktu, gw langsung ganti baju renang, dan bapak yang mengemudikan speed boat sekaligus menemani kita di sana, membantu mencarikan kacamata dan sepatu snorkel yang banyak disewakan oleh penduduk setempat. Disarankan memakai sepatu karena batu2 karangnya lumayan tajam. You wanna bring home sweet memories, not bruises on your feet.

See how cloudy was that day 😦 I missed the bright blue sky, yet I’m still delightful to see the tosca sea before my eyes. And I was in it! ^_^
Gw ga nemu terlalu banyak ikan dan koral warna warni seperti bayangan gw di sana. Bahkan di beberapa spot, ada sampah yang dibuang oleh orang2 menyebalkan seperti piring stereofoam, pembalut (that’s gross!) dan bahkan botol kaleng obat semprot nyamuk! x(
Namun pemandangan air yang lumayan jernih, dan akhirnya bisa ketemu laut setelah cukup lama ga sempat liburan, bikin hati tetap riang gembira 😀 Puas snorkeling selama hampir 1 jam, balik ke villa, dan kita disuguhin pisang goreng…pake cocolan sambel. Gw & nyokap sempet bengong. Sambel?? :)) Tapi bokap bilang, di sana orang makan pisang goreng pake sambel haha. Dan menurut nyokap, setelah dicoba, nyambung juga sih rasanya wkwk…

Selesai ngemil pisang goreng, gw sama nyokap jalan2 ke daerah belakang villa, yang ternyata banyak rumah penduduk setempat.

Dan saking kecilnya pulau ini, jalan 10 menit kita udah ketemu pantai lagi. Dan gw menemukan objek menarik di sisi belakang pulau:

I don’t have any idea what is Zeus doing here. Sand bathing, maybe?
Jalan balik ke villa, ternyata mbak penjaga villanya udah siapin kita makan siang, di pasir pinggir pantai. Ikan, udang, cumi, tumis kangkung, sambel, lengkap dengan dabu-dabunya yang maknyosss….

Seafood lunch by the beach while smelling the sea breeze is damn nice ^^
Actually I was thinking of staying overnite there, but eventually decided to go back downtown since nothing more to see in the rest of the island. So before the tide went higher, we headed back to Popsa.
Agenda malam harinya adalah ketemu dengan teman-teman SMA bokap yang memang asli Makassar. Dan karena udah malem (plus tepar lagi karena tadi bangun pagi banget), kita putusin untuk makan di resto persis seberang hotel yang menu andalannya adalah nasi campur.

Terbayang nasi campur babi ala Putri Kenanga. Ternyata nasi campur ala Makassar isinya lebih mirip kayak nasi uduk :)) Dan selalu ditemani sop rawon. Tapi kalo laper, apapun rasanya enak :p
Kenyang makan, teman bokap ngajak kita nongkrong di kedai air tahu ga jauh dari hotel. Namanya Kedai Air Tahu 43, di Jl. Lombok No. 43. Teman bokap pesen air tahu dingin, dan gw (yang baru aja sembuh dari batuk & sakit leher) pesen air tahu hangat. Ternyata, beginilah penampakannya:

Susu kedelai dingin (bukan miras) & kembang tahu, hahaha…
Kedai air tahu semacam ini bertebaran di sepenjuru kota & bukanya siang sampai tengah malam. Selain jual susu kedelai & kembang tahu, pasti ada menu lumpia dan jalangkote (pastel tapi ukurannya hampir 2x pastel sini) sebagai snack-nya.
Jadi, kalau orang Jakarta hobinya nongkrong di kafe, orang Makassar di kedai air tahu. Dua kali datang kesana, segala umur ngumpul disini. Dari keluarga bawa anak2nya, sekumpulan enci2 dengan gosip terhebring, sepasang oma opa, sampe sepasang abege pacaran.
Setelah kekenyangan dan puas ngobrol, kita balik ke hotel dan bokap ngabarin bahwa ada teman sekolahnya dulu yang hobi snorkeling di Pulau Gusung. Om ini bahkan kirimin video bawah airnya nya waktu kasih makan ikan2 cantik dan……besok dia mau snorkeling lagi. How can I say no to his invitation? 😀
DAY 3 (Hectic Day): Pulau Gusung & Pantai Losari
Malam sebelum tidur, gw sempet2in googling soal pulau ini. Nama lengkapnya adalah Pulau Gusung Tallang, dan nama lainnya adalah Pulau Lae-Lae Kecil (karena ada Pulau Lae-Lae besarnya di dekatnya). Info selengkapnya bisa dibaca di sini.
To be short, 10 mins by traditional boat from Popsa I already arrived at Gusung. The clouds were still shadowing upon me that morning, and I just hoped bright sunshine would come up as the sun went higher.
Tiba di Gusung, gw pikir gw bisa sewa kacamata snorkel lagi seperti di Samalona. Ternyata….di sana semua harus bawa sendiri, karena boleh dibilang di sana sebenarnya ga ada penghuni tetap, dan ga ada fasilitas publik, apalagi villa atau tempat penginapan ><
Lesson learnt #2: Kalau mau ke Gusung, bawa peralatan snorkeling sendiri, termasuk bawa 1 galon kecil/beberapa botol air mineral untuk bilas badan sehabis berenang. Karena di sana cuma ada bilik2 kecil sederhana sebagai ruang ganti baju, tanpa kamar mandi yang memadai. Siapin juga makanan ikan berupa remah2 mie di dalam botol bekas air mineral.
Untung gw masih bawa kacamata renang gw yang seadanya itu. Jadi dengan bermodal nekat, gw berenang dengan si om dan teman2nya ke tengah laut, sampai batas pelampung putih. Setelah berenang dengan megap2 (karena udah lama ga berenang), akhirnya kita sampai di dekat pelampung putih tersebut, yaitu spot yang banyak ikannya 😀
Si om kasih 1 botol plastik berisi remahan mie kering sebagai pancingan supaya ikan2nya datang. Karena hari kemarin dihiasi hujan hingga malam, pagi itu airnya agak keruh, ditambah dengan kacamata renang gw yang mulai butek, jadi ikan2 cantik itu kurang terlihat jelas.
Awalnya jumlah ikan yang menghampiri juga ga begitu banyak. Tapiiii…karena gw asyik ngeliat ke bawah air, gw ga sadar kalau gw tinggal berdua sama si om karena teman2nya sudah berenang balik ke pantai. Dan tiba2 buanyaaak banget ikan yang muncul, berkerumun di sekitar gw berebut remahan mie yang gw pencet keluar dari botol ^___^ Ternyata, ikan2nya pemalu sama manusia hihihi…
(Btw, si om merekam gw dikelilingi sama ikan2 cantik ini, tapi sayangnya ga bisa di-upload. Mungkin nanti kalo gw dapat ilham untuk upgrade ke wordpress berbayar hahaha…)
Setelah botol ketiga habis, kita berenang balik ke pantai. Karena energi udah terkuras setengah, berenang pulang terasa jauhhhh banget. Dan begitu sampe pantai, baru sadar cuaca udah cerah dan mulai panas. And I saw the blue sky, paired with tosca sea, yay!

Balik ke Makassar, kita langsung kembali ke hotel dan sehabis segar mandi & keramas, barulah terasa bonyoknya badan karena berenang bolak balik hahaha… Tapi ga ada waktu buat leyeh2 tidur siang karena udah waktunya makan siang.
Kita meluncur ke RM Bravo di Jl. Andalas, dan akhirnya gw kesampaian untuk makan es pisang ijo di kota asalnya.

Percayalah…es pisang ijo dimakan di kota asalnya itu enakkk…pake banget ^___^
Selesai makan, kita keliling2 kota karena keluarga mau beli persiapan untuk sembahyang Cengbeng. Dengan pertimbangan 1 taxi cuma bisa muat maksimal 4 orang, gw usulin kita pake taxi Grab aja.
Transportasi online ini ternyata udah banyak banget di Makassar. Dengan jarak tempuh yang pendek2 (kota ini bener2 praktisss, kemana2 deket) dan dengan kode2 promo yang berlaku, semua perjalanan kita hari itu hitungannya: gretong, free, ga bayar, alias gratis.
Tapi gw tetep kasih tips meski ga banyak, karena ga enak. 5-6 orang berjubel masuk mobil masa mau gretongan banget?? And here’s what I noticed from this:
Lesson learnt #3: All drivers are very grateful to receive the tips, some even rejected it since I used GrabPay. You can feel their sincerity in their thank yous. Bedaaa banget sama Jakarta. Thank you-nya terasa asal lewat, malah suka dapet yang bahkan ga ngucapin apa2 -_- We, megapolitaners, really shud learn about manner & sincerity from people whom we call “orang daerah”.
Pas lagi keliling2, bokap bilang kalau si om akan snorkeling ke Gusung lagi lusa:D Mumpung kita lagi di Jl. Sulawesi yang merupakan pusat pertokoan (daerah Pecinan, mirip banget sama Jl. Suryakencana di Bogor), gw hunting cari toko olahraga dan taraaa… I got the snorkeling gear for 170k only! ^^

Gusung, I’m comin againnnn!!!!!
Berhubung belanjaan kita jadi banyak, kita memutuskan balik ke hotel dulu sebelum berangkat ke tujuan berikutnya: Pantai Losari ^^ Pantai berdinding beton yang jadi ikon sekaligus alun2 kota Makassar, yang katanya ga ke Makassar kalo ga ke Losari. I’m a sunset lover & sunset pic chaser, so I’m so excited to wait for 6 pm!

Setelah berebut spot foto & sabar menunggu orang2 pergi satu per satu, akhirnya gw dapet background Losari yang sepi hahaha…

When the sun goes down…

And left the red tinge in the dusk
Puas foto2 narsis dan menikmati matahari terbenam, kita duduk2 cantik & makan jajanan wajib Makassar: pisang epe. Puluhan (kalo ga ratusan) penjual pisang epe dengan gerobak2nya berjejer sepanjang pantai Losari dan herannya, semua rame! Jadi pepatah yang bilang “rejeki sudah ada yang mengatur” beneran berlaku buat bisnis ini, hehe….
Udah kenyang diganjel sama pisang epe, kita jalan kaki menyusuri jalan2 di sekitar Losari sambil cari oleh2. Buat yang mau cari oleh2 di toko yang lengkap, bersih, pelayannya ramah, dan harga dibawah toko2 sejenis, gw rekomendasi Toko Indonesia di Jl. Ranggong.
Mulai dari kaos, snack, dendeng Sampi Mas yang legendaris, sampe sirup markisa Bola Dunia, gw dapet dengan harga yang lumayan jauh lebih murah di toko ini.
Selain toko ini, ada juga Toko Cahaya di Jl. Sulawesi yang bisa jadi rujukan. Meski ada beberapa barang yang ga semurah di Toko Indonesia, tapi toko ini terletak di jalan besar yang lebih strategis, full AC & overall masih lebih murah juga dari toko oleh2 lainnya.
Lesson learnt #4: Di seberang Losari, kita melewati KFC dan gw kaget liat betapa sepinya fast food resto disana. Gw lirik jam, pas jam 7. It’s dinner time. Di sini, jam segitu KFC pasti lagi antri panjang, terkadang sampai ke pintu keluar. Di sana, gw liat ada 2 kasir, dan masing2 kasir cuma melayani 1 orang. Yang makan pun ga banyak. Apparently Makassar people are more into seafood & other local foods, rather than junk food. Thumbs up!
Pegel shopping dan mulai malam, lapar pun datang & kita beli bacang yang terkenal maknyus di Kios Lompobattang, masih di Jl. Ranggong. Disana ada 2 jenis bacang yang dijual: tali putih & tali merah. Karena penasaran, kita beli dua2nya terus kita bandingin hahaha…
Tali putih, menurut si penjual, lebih cepat habis. Asumsi kita, lebih enak. Tapi ternyata…bisnis makanan itu memang tergantung selera. Buat lidah orang Sunda & Jakarta kayak gw & sepupu gw, ternyata yang ikat merah lebih nendang. Ikat merah lebih wangi karena lebih banyak kecapnya, daging B2 nya lebih halus, dan faktor X yang bikin ikat merah ini terasa lebih maknyus.
(Maaf tak berfoto karena udah kelaperan berat dan lupa foto2 wkwkwk..)
After dinner, I don’t remember doing anything much. With muscle pain & drained energy, I was dozed off once my head touched the pillow.
DAY 4: (Failed) Cengbeng & Trans Studio Mall
Jam 3 pagi lagi pules2nya, tiba2 gw kebangun karena mules. I thought this was a regular poop since the last 2 days I ate a lotttt here. Tapi kok setengah jam kemudian mules lagi, dan sampe jam 6 pagi, gw udah bolak balik wc 5-6 kali. Padahal hari ini adalah agenda utama bokap: sembahyang Cengbeng (yang seumur2 belum pernah gw ikuti karena memang keluarga besar gw udah ga ‘totok’ banget).
Meskipun udah berkurang frekuensinya, tapi gw merasa masih belum 100% stop, jadi kita memutuskan gw lebih baik istirahat ekstra di hotel sementara ortu & famili berangkat Cengbeng.
Dengan doping diapet & tolak angin, gw sukses tidur siang & tengah hari, perut gw udah bersahabat kembali 😀 Ortu gw telpon karena kita mau makan siang, nyoba salah satu kuliner yang wajib…jib…jib dicoba para bakmi lover, yaitu pangsit mie.
Kita merapat ke Pangsit Mie Cabang Palu di Jl. Sangir No.31 yang saat itu, rameee banget. Fyi, kedai bakmi kayak gini ada hampir di tiap jalan dan pengkolan, sampai ke gang2. Rasanya? Ga usah ditanya lah ya… Sllluurrrppp !!

Topping babi charsiu & samcan goreng berlimpah ruah, plus pangsit rebus & goreng
Sorenya, kita berangkat ke Trans Studio Mall yang terkenal luas itu karena bokap ada reunian dengan teman2 sekolahnya. I don’t think I can talk much, coz mall…well…is still a mall. Tadinya sempat mau caba masuk ke studionya, cuma dengan HTM 150 ribu/orang setelah diskon kartu Mega, kita cuma berputar-putar & cuci mata.
Di saat galau mau masuk studio atau ga, gw tanya lagi sama Om Gugel apa aja sih isinya studio itu dan gimana review2nya. Bukannya menemukan review tentang studionya, orang2 malah banyak review soal mallnya. And I found interesting opinions.
Lesson learnt #5: Rata2 orang bilang bahwa Trans Studio Mall ini jauh dari pusat kota Makasssar karena butuh sekitar 30 menit perjalanan dengan mobil untuk sampai ke mall ini. And inwardly I was like “That’s far eh? 30 min trip is considered very near in Jakarta, some more if you take the hellish jam into account, LOL”.
Realitanya: perjalanan pp ke mall ini, sudah terhitung sedikit macet, cuma memakan waktu 20 menitan. Jadi, buat orang Jakarta yang kangen ngemall selama di sini, silakan ke Trans Studio Mall. Don’t believe the reviews saying it’s far, hahaha…
Menjelang malam kita sudah sampai lagi di hotel, dan lagi2, cukup dengan ngesot kita udah mendarat di tempat makan (hampir) persis di seberang hotel:

Markobarrrrr !!! Hahaha….

Forget diet!! ><
Btw, ini penampakan hotel tempat gw menginap selama di sana. Namanya Hotel Dinasti di Jl. Lombok. Hotel tua dengan ornamen khas Cina, mulai dari luar sampai dalam2nya. Bokap pilih hotel ini karena lokasinya dekat kemana2, dan di sekitarnya banyak banget rumah makan enak2 yang bisa dicoba, cukup dengan jalan kaki.

Spoiler: A bit spooky tho…hihihi *devil’s laugh*
Intermezzo: Gw bukan orang yang suka memanfaatkan compliment teh dan kopi yang disediakan di kamar. Tapi pas lagi iseng2 liat, beginilah label bungkus teh dan kopi yang gw temuin:

Please have a coffe with suger…LOL..LOL..LOL…
Kenyang makan karbo (yes, mesti wajib kudu harus nge-gym lagi begitu balik ke kehidupan nyata), gw berusaha untuk tidur lebih awal karena….
Gusung & its beautiful fish is waiting for me 😀
DAY 5: Snorkeling (againnn) & Sayonara
Kali ini, kita berangkat sedikit lebih pagi karena janjian akan berangkat bareng si om ke Gusung. Jam 7 kita sudah sampai sana (kali ini dengan persiapan yang lebih okeh) dan gw dapet hadiah indah sebagai penutup hari liburan gw di Makassar:

A rainbow starts to show up despite the dark clouds
Di saat gw sibuk narsis dan foto2, ternyata pelanginya semakin panjang, semakin jelas, dan muncullah 1 pelangi lagi (meski lebih samar) di atas pelangi yang pertama :’)

Double rainbows. No more caption needed.
Gw dan si om lalu langsung turun ke laut. Dibekali snorkeling gear, sekarang berenang terasa jauh lebih mudah hahaha (yaiyalah…), ditambah sambil menikmati pelangi yang membentang didepan mata, bikin batas pelampung putih itu terasa dekatttt 😉
Kali ini kita cuma menghabiskan 1 botol remahan mie untuk menarik ikan2 datang. Dan ikannya buanyaaaak. Karena hari kemarinnya cerah, air laut kali ini jauh lebih jernih dan gw bisa liat ikan loreng hitam-putih dan kuning-biru yang cantik2 itu. Menurut si om, saat itu bukan yang terjernih, tapi gw puasss…I’m so damn happy! ^___^
Baru jam8an, matahari udah mulai terasa nyengat dan kita balik ke pantai. Sampai di pantai, rasanya masih ga rela untuk cepat2 naik & pulang. Jadi gw duduk di pasir menikmati deburan ombak di kaki, balik nyebur lagi di air, telentang di atas laut sambil menikmati langit biru yang super cerah (dan agak silau sih…).
Karena makin lama makin panas (dari pada gw gosong), gw akhirnya naik, bilas2 & ganti baju, lalu rame2 kita balik ke Popsa. I can’t thank the uncle enough for inviting me to experience such beautiful nature :’)
Sampai di kota, kita masih sempat mampir ke beberapa toko untuk beli oleh2 lagi, termasuk ikan bakar di RM Ujung Pandang di Jalan Irian. Kita sengaja beli ikan yang antik2, alias ga ada di pasaran Jakarta. Ikan dengan nama2 khas Sulawesi & bentuk yang agak aneh.

Kita bungkus ikan kaneke, lengkap dengan bumbu parape (bawang merah berlimpah yang diblender halus & kecap) plus 3 jenis saos bumbu lainnya
We then hurriedly went back to hotel, packed all our stuffs in the luggage & straight headed to the airport to catch the last flight. By night, we took off with me seeing the sparkling night light of the humble seaside city I was leaving behind….
Sayonara, until we meet again someday 🙂